Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa Itu Bells Palsy dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Bells Palsy

Bells palsy adalah kondisi yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi otot wajah, sehingga wajah tampak melorot atau tidak simetris. 

Bells palsy biasanya terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sementara, namun dapat menimbulkan gangguan pada fungsi wajah, seperti tersenyum, berkedip, atau mengunyah. 

Bells palsy dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada wanita hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas¹.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang apa itu bells palsy, apa penyebab dan gejalanya, bagaimana cara mendiagnosis dan mengobatinya, serta bagaimana cara mencegah dan mengatasinya.

Penyebab dan Gejala Bells Palsy

Penyebab pasti bells palsy belum diketahui secara pasti, tetapi diduga berkaitan dengan peradangan atau infeksi pada saraf fasialis, yaitu saraf yang mengendalikan otot-otot wajah. 

Beberapa virus yang diduga berperan dalam menyebabkan bells palsy adalah virus herpes simpleks, virus varicella zoster, virus Epstein-Barr, virus sitomegalovirus, dan virus influenza².

Gejala bells palsy biasanya muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam. Gejala yang paling umum adalah kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi wajah, yang dapat menyebabkan wajah tampak melorot atau tidak simetris. Gejala lain yang dapat terjadi adalah:

  • Kesulitan tersenyum, berkedip, atau menutup mata

  • Mata berair atau kering

  • Mulut mengering atau mengiler

  • Kesulitan berbicara, makan, atau minum

  • Rasa sakit atau mati rasa di sekitar telinga atau pipi

  • Gangguan pada indera perasa atau pendengaran

  • Sakit kepala, demam, atau lemas

Diagnosis dan Pengobatan Bells Palsy

Diagnosis bells palsy biasanya dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis, serta menanyakan riwayat kesehatan dan gejala yang dialami oleh pasien. 

Dokter juga dapat melakukan tes tambahan, seperti tes darah, tes MRI, atau tes elektromiografi, untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain, seperti stroke, tumor, atau infeksi.

Pengobatan bells palsy bertujuan untuk mengurangi peradangan atau infeksi pada saraf fasialis, serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter adalah:

  • Obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid, untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan pada saraf fasialis.

  • Obat antivirus, seperti asiklovir, untuk mengatasi infeksi virus yang diduga menjadi penyebab bells palsy.

  • Obat analgesik, seperti parasetamol, untuk meredakan rasa sakit atau nyeri yang timbul akibat bells palsy.

  • Obat tetes mata atau salep mata, untuk menjaga kelembaban dan melindungi mata dari iritasi atau infeksi, karena mata yang terkena bells palsy dapat sulit berkedip atau menutup.

  • Selain pengobatan medis, pasien bells palsy juga dapat melakukan beberapa hal berikut untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan:

    • Melakukan terapi fisik, seperti pijat, peregangan, atau latihan wajah, untuk merangsang dan memperkuat otot-otot wajah yang lemah atau lumpuh.

    • Menggunakan kacamata, penutup mata, atau plester mata, untuk melindungi mata dari debu, angin, atau cahaya yang dapat menyebabkan iritasi atau infeksi.

    • Menggunakan alat bantu, seperti sedotan, sendok, atau gelas khusus, untuk membantu makan atau minum, karena mulut yang terkena bells palsy dapat sulit mengunyah atau menelan.

    • Menjaga kebersihan mulut, dengan menyikat gigi, berkumur, atau menggunakan obat kumur, untuk mencegah infeksi atau bau mulut, karena mulut yang terkena bells palsy dapat mengering atau mengiler.
Menghindari paparan udara dingin, dengan menggunakan syal, topi, atau masker, untuk mencegah otot-otot wajah menjadi kaku atau nyeri.

Pencegahan dan Penanganan Bells Palsy

Bells palsy tidak dapat dicegah sepenuhnya, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya bells palsy, yaitu:

  • Menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh, dengan mengonsumsi makanan bergizi, minum air yang cukup, berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup.

  • Menghindari stres, dengan melakukan relaksasi, meditasi, atau hobi yang menyenangkan, karena stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.

  • Mengobati infeksi yang dapat menyebabkan bells palsy, seperti herpes, cacar air, atau flu, dengan segera mengunjungi dokter dan mengonsumsi obat yang diresepkan.

  • Jika anda mengalami bells palsy, anda tidak perlu merasa khawatir atau minder, karena kondisi ini biasanya bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Anda dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengatasi bells palsy:

    • Berkomunikasi dengan keluarga, teman, atau dokter, tentang kondisi dan perasaan anda, agar anda mendapatkan dukungan dan pengertian dari orang-orang di sekitar anda.

    • Bergabung dengan komunitas atau kelompok dukungan yang memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang bells palsy, agar anda dapat berbagi informasi, tips, atau saran yang dapat membantu anda menghadapi bells palsy.

    • Menjaga rasa percaya diri dan optimis, dengan mengingat bahwa bells palsy bukanlah penyakit yang berbahaya atau menular, dan bahwa anda masih dapat menjalani kehidupan yang normal dan bahagia dengan bells palsy.

Kesimpulan

Bells palsy adalah kondisi yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi otot wajah, sehingga wajah tampak melorot atau tidak simetris. Bells palsy biasanya terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sementara, namun dapat menimbulkan gangguan pada fungsi wajah, seperti tersenyum, berkedip, atau mengunyah. Bells palsy dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada wanita hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas.

Penyebab pasti bells palsy belum diketahui secara pasti, tetapi diduga berkaitan dengan peradangan atau infeksi pada saraf fasialis, yaitu saraf yang mengendalikan otot-otot wajah. Beberapa virus yang diduga berperan dalam menyebabkan bells palsy adalah virus herpes simpleks, virus varicella zoster, virus Epstein-Barr, virus sitomegalovirus, dan virus influenza.

Gejala bells palsy biasanya muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam. Gejala yang paling umum adalah kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi wajah, yang dapat menyebabkan wajah tampak melorot atau tidak simetris. Gejala lain yang dapat terjadi adalah kesulitan tersenyum, berkedip, atau menutup mata, mata berair atau kering,